Selasa, 19 Agustus 2008



Membangun Jaringan tanpa harddisk dengan “THINSTATION”
Thinstation adalah open source “thin client” operating system dan beberapa program yang memungkinkan komputer client terhubung ke server melalui jaringan. Thinstation dibuat berdasarkan linux, tapi user mungkin tidak akan melihat linux sama sekali jika dihubungkan secara langsung dengan Microsoft Windows Server, Cintrix server atau Unix server! User akan merasa terhubung langsung dengan server.

Thinstation juga mendukung MS Windows-only enviroment dan tidak membutuhkan pengetahuan Unix/Linux. Ini yang akan dijelaskan dalam makalah ini. Thinstation tidak memerlukan memory internal ( hd, cdrom . . . floppy drive hanya dibutuhkan saat booting, tapi dapat digantikan dengan ROM yang terdapat pada kartu jaringan), karena semua yang dibutuhkan (boot image) akan di ambil dari jaringan dan disimpan di RAM
.
Prosedur booting thin client :
- Booting menggunakan floppy disk atau Network card.
- Mencari DHCP server dari jaringan untuk mendapatkan :
o IP address untuk thin client sendiri.
o IP address dari TFTP server untuk download boot image.
o Nama dari boot image.
- Download boot image dari TFTP server .
- Download configurasi file.
- Memulai terminal server.Perlengkapan yang dibutuhkan.
Windows NT/2000/2003 server disisi server.
Komputer client dengan spesifikasi :
- Processor x86
-

RAM
RAM

: 16 MB. 32 MB recommended.
- Network : 10/100 mbps network card (mendukung kernel 2.4.x). + boot ROM
dengan standart PXE untuk booting tanpa disket.
- Mouse : Serial, PS/2, USB
.
Download ‘Prebuilt image’ file (Thinstation-2.0.2-prebuilt-NetBoot.zip)
Instalasi Server:
Proses instalasi berikut untuk booting dengan kartu jaringan dan menggunakan Microsoft Windows 2000 Server. Instal windows 2000 terlebih dahulu. Setelah windows 2000 Server terinstal langkah selanjutnya mengaktifkan Terminal Service, DHCP Server dan TFTP Server (Remote Instalation Service).Terminal Service
Langkah-langkah mengaktifkan Termial Service pada Windows 2000.
Masuk kemenu Start _ Program _ Administrative Tools _ Configure Your Server. Kemudian pilih Aplication Server di menu sebelah kiri dan klik Terminal Service. Untuk memulai instalasi, klik Start yang ada di bawah menu sebelah kanan..3
Pada diolog berikut ini, pilih Terminal Service, kemudian klik tombol Next.
Akan tampil dialog seperti dibawah ini, pilih “Application server mode” untuk mengaktifkan fitur Appliction Server pada Windows 200, kemudian klik tombol Next..4
Untuk diolag ini, bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing jaringan, secara default pilih “Permission Compatibel with Windows 200 Users”, kemudian klik tombol Next.
Setelah semua konfigurasi diselesaikan, instalasi dimulai

DHCP/BOOTP Server
DHCP Server adalah proses yang memberikan IP address dan boot-image file name ke komputer client. Langkah-langkah instalasi DHCP Server yang ada pada MS Windows 2000.
1. Masuk kemenu Start _ Program _ Administrative Tools _ Configure Your Server. Kemudian pilih Networking dimenu sebelah kiri dan klik DHCP. Pada menu sebelah kanan akan muncul Start, klik pada Start dan lanjut ke menu selanjutnya..6
2. Akan tampil dialog konfigurasi di bawah ini, pilih Network Service, kemudian klik tombol Detail. Setelah muncul dialog dibawah ini, pilih Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP), kemudian klik tombol OK untuk kembali ke dialog sebelumnya. Klik tombol Next untuk melanjutkan ke langkah berikutnya.
3. Setelah langkah 2 di atas, akan dilakukan proses copy file ke server. Dibawah ini adalah untuk mengkonfigurasi DHCP Server. Sebelum masuk ke DHCP Manager pastikan Service untuk DHCP Server dalam keadaan “Start”, lihat pada Start _ Program _ Administrative Tools _ Service. Masuklah ke DHCP Manager, pilih Start _ Program _ Administrative Tools _ DHCP Manager. Konfigurasi yang diperlukan untuk pertama kali adalah mengalokasikan sejumlah IP address yang akan dipakai oleh Thin Client. Caranya adalah klik nama Server pada menu sebelah kiri, kemudian klik kanan. Klik pada “New Scope” untuk mengalokasikan IP address..7
4. Masukkan rentang IP address yang akan digunakan oleh Thin Client. kemudian, tentukan Subnet mask sesuai dengan jaringan yang digunakan, lihat conoh dibawah. Setelah dialog dibawah ini masih ada banyak dialog selanjutnya tetapi konfigurasi tersebut tidak terlalu penting, klik tombol Next untuk melanjutkan sampai dialog “New Scope Wizard” selesai..8
5. Setelah Scope baru diaktifkan, akan muncul dialog seperti di bawah ini. Pada Scope yang baru akan muncul sub tree “Address Pool”, “Address Leases”, “Reservations”, dan “Scope Options”. Pilih “Scope Options”, kemudian klik kanan, dan pilih bagian paling atas, yaitu “Configurasi Options”.
6. Dibawah ini adalah dialog untuk “Configurasi Options” pada sebuah Scope.

Ada dua option yang perlu di konfigurasi pada dialog ini :
• Option No 066 Boot Server Host Name. Isi “String Value” dengan Hostname dari TFTP Server ataupun dengan IP Address server (lebih baik)..9
• Option No 067 Bootfile Name. Isi option ini dengan nama Thin Client boot image dari Thinstation “thinstation.nbi.zpxe” (.zpxe karena kita akan booting melalui kartu jaringan PXE).
• Dibawah ini adalah bentuk dialog setelah konfigurai scope selasai. TFTP Server TFTP Server adalah proses yang yang mengirimkan thinstaion.* file ke klomputer client. Pada Windows 2000 ada dalam “Remote Installation Services”. TFTP root directory adalah direktory awal yang dikenal oleh TFTP Server , berikut langkah- langkah instalasi TFTP Server pada Windows 2000..10
1. Masuk kemenu Start _ Program _ Administrative Tools _ Configure Your
Server.

Pilih Advanced di menu sebelah kiri dan klik Optional Components. Pada menu sebelah kanan akan muncul Start klik pada “Start” dan lanjutkan ke menu selanjutnya.
2. Pilih option “Remote Installation Services” dan klik tombol Next untuk memulai
proses instalasi. Ikuti petunjuk selanjutnya sampai dengan instalasi selasai..113. Pastikan Service untuk TFTP Server dalam keadaan “Start”, lihat pada Start _ Program _ Administrative Tools _ Service. Klik kanan Trivial FTP Daemon _ klik Properties.Konfigurasi Thinstation
Masuk ke direktori C:\TFtpdRoot\ Jalankan ‘thinstation.nbi (autoextract).exe’, baca
“Licence Agreement” dan click “I Agree” untuk mengekstract ‘thinstation.nbi’ file,
ini adalah thin-client boot-image yang dibutuhkan. Ini adalah distribusi linux-mini
yang dibutuhkan untuk mensetting client.
Edit file thinstation.conf.network dan menyesuaikannya dengan konfigurasi jaringan
anda. Bagian terpenting adalah mengganti IP address di file tersebut dengan IP server
Windows, misalnya 192.168.0.254. Selain itu juga menyesuaikan resolusi monitor,
disarankan anda menggunakan 800 x 600. Perhatikan gambar berikut untuk contoh
konfigurasi :.12
Menikmati keajaiban
Pastikan semua DHCP Service dan TFTP Server dalam keadaan “Started”. Siapkan
komputer client, dan setting BIOS nya untuk booting dari cardlan. Terlihat proses
pencarian IP address dan download file thinstation.nbi. Setelah itu, dialog login
Windows 2000 Server atau Windows NT akan tampil di komputer anda.
Masukkan nama user dan password yang tentunya harus dibuat terlebih dahulu di server Windows. Dan anda bebas menikmati aplikasi Windows di komputer client. Berkat Linux tentunya….13
Troubleshooting
Jika thinstation.nbi.zpxe ada masalah ketika meload thinstation.nbi file dengan kartu jaringan. Cobalah ganti dengan “loader-native.nbi.zpxe” yang tedapat di directori BootPXE, copykan “loader-native.nbi.zpxe” ke directori TftpdRoot dan rename menjadi “thinstation.nbi.zpxe”. Booting kembali Thin Client and Good Luck . . .

Rabu, 13 Agustus 2008

Selasa, 12 Agustus 2008









Musik Klasik

Apa itu musik klasik, dan komposisi seperti apa sih yang layak digolongkan sebagai musik klasik? Genre musik yang satu ini memang sering mengundang salah pengertian dimata mereka yang “awam”. Biasanya jenis musik ini dianggap identik dengan musik yang dimainkan oleh orkestra. Stereotip ini tidak selamanya benar, sebagaimana pengertian orkestra yang melulu diartikan sebagai musik yang dimainkan oleh sepasukan musisi dengan didominasi oleh alat musik gesek (string). Kenyataannya, gamelan itu juga orkestra koq.
Dalam pengertian aslinya, musik klasik adalah komposisi musik yang lahir dari budaya Eropa sekitar tahun 1750-1825. Biasanya musik klasik digolongkan melalui periodisasi tertentu, mulai dari periode klasik, diikuti oleh barok, rokoko, dan romantik. Pada era inilah nama-nama besar seperti Bach, Mozart, atau Haydn melahirkan karya-karyanya yang berupa sonata, simfoni, konserto solo, string kuartet, hingga opera. Namun pada kenyataannya, para komposer klasik sendiri tidak pernah menggolong-golongkan jenis komposisi yang mereka gubah. Penggolongan yang kita kenal sekarang dilakukan semata-mata untuk mempermudah, terutama untuk kepentingan akademis.
Ada pula pengertian lain dari musik klasik (walaupun yang ini jarang dipakai), yaitu semua musik dengan keindahan intelektual yang tinggi dari semua jaman, baik itu berupa simfoni Mozart, kantata Bach atau karya-karya abad 20. Istilah “keindahan intelektual” itu sendiri memiliki pengertian yang relatif bagi setiap orang. Dalam pengertian ini, musik dari era modern seperti Kitaro, Richard Clayderman, Yanni, atau bahkan Enya, juga bisa digolongkan sebagai musik klasik, tergantung dari sisi mana kita menikmatinya. Kalau kita lebih banyak menikmati elemen intelektual - dalam pengertian melodi, harmoni, atau aspek komposisi lainnya, maka jadilah ia musik klasik. Tapi kalau kita berpegang pada pengertian yang pertama tadi, maka jelas jenis musik ini tidak masuk dalam pengertian musik klasik. Untuk ini tersedia genre tersendiri, yaitu “new age”, atau terkadang juga digolongkan sebagai “art music”.
Kalau begitu, apakah musik yang sering dibawakan oleh orkestra Indonesia, Twilite misalnya, juga digolongkan sebagai musik klasik? Nah, persoalannya disini adalah kesalah-kaprahan yang terlanjur melekat sebagaimana yang ditulis diatas tadi. Twilite memang sering mendapat kritikan dari kalangan “mainstream” pecinta musik klasik, karena lebih banyak menyajikan musik pop yang dibungkus dalam kemasan klasik. Betulkah? Kenyataannya, Twilite memang bukan berada pada jalur musik klasik murni - walaupun dalam satu-dua kesempatan mereka juga mempagelarkan musik klasik. Yang biasa dipentaskan oleh Twilite sebenarnya adalah musik simfonik, atau Pops (pakai ’s’; merujuk pada musik pop dengan sentuhan aransemen simfonik-orkestra). Dengan demikian, yang salah adalah pengeritiknya yang justeru kurang paham pengertian musik klasik yang sebenarnya (kenyataannya, Twilite memang tidak pernah menyatakan kalau mereka mempagelarkan musik klasik).
Namun demikian, kritikan terhadap kelompok orkestra kita kadang-kadang ada benarnya juga. Misalnya, adalah “tabu” bagi sebuah orkestra profesional untuk memboyong alat musik semacam syntesizer (sebagai pengganti piano), atau gitar elektrik (untuk menggantikan gitar akustik) dalam pementasan, hal mana sering dipraktekkan oleh kelompok orkestra di negeri kita. Juga ada kritikan tentang soal yang rada-rada teknis, seperti peran konduktor, etika penonton, dan beberapa hal lain. Belum lagi soal pemain yang itu-itu saja. Tapi bagaimanapun, usaha untuk mengenalkan musik yang lebih “cerdas” untuk masyarakat kita perlu dihargai. Masak sih, kita mau terus-terusan dicekoki musik dengan model goyangan yang makin lama makin norak itu!